Rabu, 28 Januari 2009

Masa SMA

Masa SMA? Mungkin itu merupakan masa paling indah yang takkan terlupakan. Masa di mana kita mulai mencari jati diri. Masa di mana kita mulai beranjak dewasa dan menjadi seseorang yang berbeda baik dari segi fisik maupun mental. Di masa ini kita juga mulai mengenal yang namanya cinta.

Saya, yang juga merupakan seorang pelajar SMA merasakan hal itu. Proses mencari jati diri yang mungkin bagi sebagian remaja sangat berat rasanya. Meninggalkan masa kanak-kanak dan juga sifat kekanak-kanakan. Dalam proses mencari jati diri, sebagian remaja akan mengalami sangat banyak kendala. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun teman sebaya.

Dalam hal ini, peran yang paling mendominasi dalam penentuan jati diri seorang remaja adalah teman dekat. Banyak remaja yang sifatnya berubah karena teman dekat. Apa lagi kalau sudah dalam bentuk kelompok, atau yang sekarang sering disebut dengan geng. Kelompok-kelompok seperti ini merupakan yang paling rawan terkena dampak negatif dalam proses pencarian jati diri. Mereka sudah memilik rasa solidaritas yang tinggi, sehingga apa yang dilakukan salah satu anggota kelompok, maka yang lainnya akan mengikuti, walaupun mungkin akan berdampak buruk bagi dirinya.

Dalam kelompok-kelompok tersebut, yang memiliki solidaritas yang sangat tinggi adalah remaja putri. Kelompok remaja putri memiliki ke dekatan yang terhadap sesama anggota kelompok atau teman dekatnya lebih dari keluarga atau orang tua. Saking dekatnya, mereka sampai- sampai menginap di rumah temannya, tidur bersama, jalan bersama, makan bersama, semua yang dilakukannya selalu bersama. Merekapun akan merasa ganjil bila mereka tak bersama lagi.

Berbeda dengan kelompok-kelompok remaja laki-laki yang sifatnya cuek, kurang memperhatikan teman sendiri, rasa solidaritasnya tinggi namun mungkin dalam hal yang menjurus ke perbuatan yang tidak baik. Seperti membantu teman saat ujian, membantu teman dalam perkelahian, dan lain-lain. Namun hanya sebagian saja kelompok remaja yang seperti itu.

Dari situ, peran orang tua dan guru sangat penting dalam menanggulangi masalah seperti itu, serta membantu remaja yang sedang mengalami krisis jati diri. Orang tua juga harus lebih memperhatiakan anaknya yang sudah beranjak dewasa dan lebih sering meluangkan waktu bersama dan saling berdiskusi.

Selasa, 20 Januari 2009

Penjurusan atau Penjerumusan?

Di Sekolah Menengah Atas (SMA), penjurusan merupakan hal yang mendasar untuk membentuk suatu karakter tersendiri terhadap siswa-siswi agar ke depannya akan menjadi terfokus atau terspesialisasi pada suatu bidang yang ingin digeluti atau yang dikuasai oleh seorang siswa. Dalam spesialisasi ini, di harapkan siswa-siswi dapat menjadi lebih maju dan berkembang pada bidang di mana ia merasa nyaman dan mampu pada bidang tersebut.

Namun pada kenyataannya, sistem penjurusan yang diterapkan pada SMA tidak terealisasi dengan baik, bahkan juga dipengaruhi oleh gengsi para siswa. Dulu jurusan yang ada di SMA meliputi jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jurusan Bahasa sudah tidak diminati lagi oleh siswa sehingga kebanyakan sekolah menghapus jurusan tersebut.

Sekarang, pembagian jurusan hanya ada dua pilihan yaitu, jurusan IPA dan IPS. Dalam kenyataan yang ada, kebanyakan bahkan hampir semua siswa ingin masuk jurusan IPA. Beberapa alasanya yakni bila kita di jurusan IPA, kita akan mudah mendapatkan jurusan pilihan di perguruan tinggi nanti. Dan yang paling memprihatinkan adalah masalah gengsi. Katanya jurusan IPS adalah jurusan buangan, alias tempat pembuangan siswa-siswa yang bodoh, malas, nakal, dan sebagainya. Inilah salah satu faktor yang mendominasi siswa-siswa ingin ke jurusan IPA. Katanya juga, IPS itu singkatan dari ”Ikut Perintah Setan” dan IPA singkatan dari ”Ikut Perintah Allah”. Ya pastinya semua orang memilih IPA (bercanda).

Banyak siswa yang tidak mampu pada jurusan IPA masuk jurusan IPA, bahkan ada yang sampai-sampai melakukan tindakan sogok atau siswa yang memanfaatkan jabatan orang tua agar ia masuk jurusan IPA. Ini merupakan tindakan-tindakan yang harus disikapi tegas oleh pihak sekolah serta pihak yang berwenang.

Di SMAN 02 Makassar sendiri, di kelas XI/2, jurusan IPA terdiri dari 7 kelas sedang jurusan IPS hanya ada 2 kelas saja, itu pun dalam satu kelas hanya terisi 20-an siswa. Perbedaan tersebut terlihat sangat mencolok. Disisi lain, dengan status jurusan IPS sebagai jurusan buangan, para siswa yang ada di jurusan IPS akan kehilangan harapan untuk maju karena sudah merasa terbuang dan di cap sebagai anak bodoh. Mereka merasa bahwa belajar itu tidak ada gunanya lagi dan hanya membuang waktu saja. Alhasil, keinginan mereka untuk maju dan berkembang pudar.

Di sinilah peran pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan kita di Indonesia. Dalam kasus seperti ini, diharapkan pemerintah mampu membuat langkah yang cepat dan cermat dalam menindaklanjuti sistem pendidikan terutama Sekolah Menegah Atas ini.


Senin, 19 Januari 2009

Jeritan Palestina

Tak dapat di pungkiri bahwa pada saat ini mungkin perang di anggap merupakan hal yang biasa dan wajar- wajar saja. Apalagi bila berbicara
masalah perebutan wilayah, masalah politik, ajang pamer, dan sebagainya. Itu merupakan sedikit hal yang biasanya menyulut perang. Tentara atau Prajurit merupakan orang-orang yang melakukan perang dan seyogyanya merupakan korban yang paling banyak. Tapi bila kebanyakan korban merupakan warga sipil yang tak berdosa dan tak tahu apa-apa, itu merupakan hal yang tak wajar lagi dan melanggar
Hak Asasi Manusia (HAM).
Inilah yang terjadi di Gaza, Palestina. Ribuan warga tak berdosa menjadi korban keganasan Israel. Ratusan warga sipil tewas serta ribuan lainnya luka-luka. Israel mengadakan agresi militer ke Gaza, Palestina untuk menuntaskan pasukan Hammas yang berlindung di sana. Namun pada kenyataanya, korban sipillah yang menderita dan sangat merasakan dampak agresi tersebut. Yang paling merasakan dampak buruk agresi tersebut adalah anak-anak.
Kehidupan anak-anak yang semestinya bermain, belajar, dan merasakan masa kanak-kanak yang indahpun pupus sudah. Banyak anak yang kehilangan keluarga atau orang tuanya bahkan ada pula yang menjadi korban tewas. Bagi korban anak-anak yang selamat pasti kehidupannya akan terganggu dan tidak seperti biasanya lagi. Bayangkan, umur mereka yang masih sangat dini harus menanggung penderitaan yang sangat teramat dalam.
Bayangkan saja bila anda yang menjadi korban seperti itu. Mungkin anda tak tahan atas penderitaan ini dan ingin rasanya marah, berteriak dan menangis merintih meratapi kehidupan. Kita harus sadar bahwa perang itu hanya membawa penderitaan. Perang hanyalah kalimat yang harus di musnahkan. Perang hanya akan membawa pada kehancuran dunia dan peradaban.



Suara Anak Indonesia

Ini merupakan sebuah puisi karya teman saya yang didedikasikan untuk anak-anak Indonesia yang terenggut kehidupannya…

Indonesiaku Menangis

Karya, St. Elian Bianda

Jerit, tangisnan pilu terdengar di mana-mana
Jeritan anak-anak Indonesia
Tangisan anak-anak Indonesia
Meminta pertolongan

Mereka bekerja mencari nafkah
Merangkak dengan tubuh penuh luka
Tersenyum di atas penderitaan
Para permata bangsa

Bagaimanakah nasib Indonesiaku kelak nanti?
Apakah Indonesia akan segera hancur?
Indonesiaku menangis, melihat permata bangsanya
Yang bernafas di atas realita hidup yang tak pantas mereka jalani

Di mana para penguasa bangsa itu?
Ke mana janji-janji mereka?
Hanya omong kosong belaka?
Indonesiaku menangis